“Jika ada keyakinan yang dapat menggerakkan gunung, itu adalah keyakinan
dalam diri Anda.”
-- Marie von Ebner-Eschenbach, penulis, 1830-1916
SEWAKTU masih kecil, mungkin Anda pernah mendengar kisah adaptasi yang
berjudul ‘The Little Engine That Could’? Buku itu bercerita tentang kereta
api yang bergerak menuju bukit dengan perlahan dan tersendat-sendat.
Lokomotifnya berkata pada diri sendiri, “Aku bisa, aku bisa, aku bisa.”
Kereta pun terus bergerak naik perlahan hingga tiba di atas bukit dengan
selamat.
Pelajaran sederhana yang dapat diberikan dalam cerita tersebut ialah:
percayalah pada kemampuan diri sendiri. Jika seandainya lokomotif itu tidak
percaya akan kemampuannya tiba di atas bukit, bisa jadi kisah dalam buku itu
berakhir dengan menyedihkan.
Bukan hanya lokomotif itu saja yang dapat mengatakan, “Aku bisa, aku bisa,
aku bisa”, tetapi Anda pun dapat melakukan hal yang sama. William Arthur
Ward, seorang penulis kondang asal Amerika mengatakan, ”Saya adalah pemenang
karena saya berpikir seperti pemenang, bersiap jadi pemenang, dan bekerja
serupa pemenang.” Ward betul, jika Anda berpikir menjadi seorang pemenang,
maka memang benar Anda seorang pemenang.
Kisah heroik sang lokomotif itu dalam dunia nyata dibuktikan sendiri oleh
Hendrawan, atlet bulutangkis
sudah habis oleh PBSI. Karena faktor usia dan prestasinya yang terus
menurun, PBSI bermaksud mengeluarkan Hendrawan dari Tim Pelatnas. Tapi
Hendrawan punya keyakinan sendiri, bahwa ia percaya akan kemampuannya dan
belumlah habis. Hendrawan masih percaya bahwa ia dapat meraih prestasi yang
lebih baik lagi. Dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi, dan
tentu saja diiringi oleh kerja keras yang tidak mengenal lelah, Hendrawan
menunjukkan kepada dunia bahwa ia memang mampu meraih prestasi yang luar
biasa.
Hendrawan pun membuktikan kemampuannya setelah sempat dinyatakan sudah
habis. Tahun 1998, Hendrawan menjadi penentu kemenangan Tim Thomas
Indonesia. Pada tahun itu juga ia menjuarai Singapura Terbuka. Kemudian di
tahun 2000, Hendrawan kembali menjadi penentu kemenangan Tim Thomas
Indonesia. Di tahun itu pula ia mengukir namanya dengan meraih medali perak
dalam Olimpiade Sydney. Masih di tahun yang sama, ia menjadi runner up
Jepang Terbuka. Dan pada tahun 2001, ia menjadi Juara Dunia Tunggal Putra,
sebuah gelar yang menjadi idaman pebulutangkis manapun di dunia. Dan pada
tahun 2002, ia kembali membawa
Tanah Air.
Percaya akan kemampuan diri sendiri tak harus ditunjukkan oleh mereka yang
berprofesi sebagai atlet, yang bekerja di kantoran, yang mempunyai stamina
fisik yang prima, atau mereka yang masih muda dan memiliki semangat
menggebu-gebu. Percaya pada diri sendiri, percaya akan kemampuannya, dapat
ditunjukkan oleh siapa pun. Tanpa mengenal umur, pekerjaan, status, dan
jenis kelamin sekalipun.
Generasi sekarang mungkin hanya mengenal nama Mak Erot. Seorang tokoh
pengobatan legendaris khusus laki-laki yang kini telah tiada. Nama lain yang
tak kalah kesohornya yang hampir mirip adalah Mak Eroh. Generasi sekarang
mungkin tak mengenal nama ini. Tahun 1988, nama Mak Eroh sempat menyedot
publik nasional. Saat itu, semua orang ramai memperbincangkannya. Mak Eroh,
waktu itu berumur 50 tahun, perempuan dari Kampung Pasirkadu, Desa Santana
Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat memang telah
mengukir prestasi besar.
Apa yang membuat nama Mak Eroh melambung? Mak Eroh, bergelantungan seorang
diri di lereng yang tegak di tebing cadas, di lereng timur laut Gunung
Galunggung. Mak Eroh berhasil berjuang sendirian membuat saluran air
sepanjang 47 hari. Ketika pertama kali Mak Eroh melakukannya, banyak
masyarakat sekitar yang mencibir tindakannya. Tapi hal itu tidak menyurutkan
langkahnya untuk terus bekerja. Mak Eroh percaya akan kemampuan dirinya,
walau saat itu usianya boleh dibilang tidak muda lagi. Seorang wanita yang
mustinya menikmati hari tuanya dengan menimang atau bermain dengan cucunya.
Mak Eroh yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas III SD dan memiliki
tiga orang anak, dalam aksinya menggunakan tali areuy, tali sejenis rotan
sebagai penahan ketika bergelantungan. Sedangkan alat yang dipakai untuk
‘mengebor’ tebing cadas hanyalah cangkul dan balincong, sejenis linggis
pendek.
Saluran untuk mengalirkan air dari Sungai Cilutung akhirnya berhasil
diselesaikan. Berhentikah tindakan Mak Eroh mengebor tebing cadas? Belum.
Dengan semangat yang tak kenal menyerah, Mak Eroh melanjutkan membuat
saluran air berikutnya sepanjang 4,5 kilometer mengitari 8 bukit dengan
kemiringan 60-90 derajat. Bukan main! Pengerjaannya kali ini dibantu oleh
warga desa yang mau membantunya, setelah melihat dengan mata kepala sendiri
hasil yang telah dilakukan Mak Eroh. Dalam waktu 2,5 tahun, pekerjaan
lanjutan itu terselesaikan dengan baik. Hasilnya? Bukan hanya lahan
pertanian sawah Desa Santana Mekar yang terairi sepanjang tahun. Tapi juga
dua desa tetangga yang ikut menikmati kucuran air hasil kerja keras Mak Eroh
setelah warganya membuat saluran penerus, yaitu Desa Indrajaya dan Sukaratu.
Aksi Mak Eroh akhirnya sampai juga ketelinga Presiden Suharto. Atas aksinya
yang tergolong berani dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
sekitar, Mak Eroh mendapat penghargaan Upakarti Lingkungan Hidup pada tahun
1988. Setahun kemudian, dia juga meraih penghargaan lingkungan dari PBB.
Dua kisah di atas memberikan hikmah bahwa sebenarnya kita memiliki
kepercayaan diri yang tinggi atas kemampuan yang kita miliki. Seperti yang
dikatakan oleh Mary Kay Ash, pengusaha kosmetik sukses asal Amerika, ”Anda
bisa melakukannya jika Anda berpikir demikian, dan jika Anda kira tidak
dapat melakukannya, Anda benar.” Percayalah akan kemampuan diri sendiri.
Jadilah lokomotif, dan teruslah bergerak untuk maju. (210708)
Sumber: Percaya Pada Kemampuan Diri Sendiri oleh Sonny Wibisono, penulis,
tinggal di Jakarta
[Non-text portions of this message have been removed]
diambil dari inbox di E-mail kuyang dikirim oleh"Ananto Pratikno"
Rabu, Juni 03, 2009
Percaya Pada Kemampuan Diri Sendiri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar