Minggu, April 17, 2011

kucluk

TEBOGADUIT

Jumat, April 15, 2011

asmara

demi rembulan yang sedang menunjukan auranya dengan seluruh keangkuhannya
angin malam berbisik hampir tak terdengar namun membelai pipiku dengan sangat halusnya
sayap-sayap malaikat mengepak diantara awan yang enggan beranjak dari tempat duduknya
ketip gemintang merayu bak kedipan bidadari yang sedang kasmaran
tampak eros disana dengan bulatan putih diatas kepalanya menyandang busur panah asmaranya
membidik sebongkah hati berwarna merah diantara diriku dan dirimu tepat dimana tatapan kita bertemu.

udah malemm.., tidur lo..!!!!!

Kamis, April 14, 2011

galau

galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau
galau galau galau galau galau galau galau galau galau galau galaugalau galau galau

Rabu, Juni 23, 2010

MENGEMBANGKAN NEED FOR ACHIEVEMENT DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA


(Kuliah Umum di RRI Makassar dalam Program Maha Bintang bekerjasama antara Kopertis Wil IX Sulawesi dengan RRI Makassar)

OLEH: PROF. DR. HJ. SYAMSIAH BADRUDDIN, M.Si


Keterpurukan negeri ini makin terlihat sebagai akibat dari sikap-sikap budaya yang tidak mampu menggerakkan bangsa ini menjadi suatu bangsa yang besar dan bersatu, tidak terjadi perluasan kemampuan masyarakat karena tidak adanya strategi dan kebijakan budaya nasional yang membuat bangsa ini merasa perlu menumbuhkan kemandirian di berbagai bidang kehidupan. Masih saja terpelihara penghambaan pada atasan, tetap bermental koelie. Etos kerja produktif masih belum tumbuh secara bermakna. The myth of lazy people[1] tidak lagi merupakan mitos tetapi makin terasa menjadi kenyataan. affluency[2] menjadikan bangsa ini meremehkan sindroma “besar pasak daripada tiang”. Kita masih saja mengidap “kebutaan”, mulai dari buta aksara sampai buta iptek, sejarah dan peradaban. Ini semua tidak cukup hanya diatasi secara sederhana melalui conventional human resource development.[3]

Oleh karena itu, kita semua yang harus mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan insan bangsa ini dan selanjutnya menyusun suatu strategi budaya dalam perencanaan pembangunan nasional kita. Dengan demikian itulah maka diharapkan modal financial dan modal sumber-alam yang kita kerahkan dapat secara timbal-balik saling menjadi pendorong bagi dan terhadap modal sosial-kultural bangsa ini. Sudah saatnya kebudayaan disatukan dengan Pendidikan, mengingat sosialisasi nilai-nilai budaya maju hanya dapat secara efektif dilakukan melalui bangku-bangku pendidikan dan pengajaran.

Seperti dikemukakan di atas, sejak semula, Proklamasi Kemerdekaan sudah berorientasi pada pembangunan manusia atau sumber insan manusia (human resource development). Pembangunan manusia ini merupakan titik sentral dalam usaha pembangunan nasional kita. Oleh karena itu pulalah maka ketahanan nasional Indonesia juga berorientasi pada manusia Indonesia.: “… Ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan Bangsa dan Negara …”. Human resource development adalah upaya membentuk human capital[4]. kewiraswastaan atau entrepreneurship dapat diajarkan melalui usaha-usaha pendidikan. Mereka yang berpendapat ini bertitik-tolak dari suatu keyakinan bahwa kewiraswastaan adalah suatu property budaya dan sikap mental, oleh karena itu bersifat behavioral[5]. Seseorang menjadi wiraswasta karena dari asalnya sudah demikian. Dengan kata lain, ia menjadi wiraswasta karena ia dibesarkan di lingkungan tertentu, memperoleh nilai-nilai budaya tertentu pula dari kalangan terdekatnya semenjak ia mampu menerima proses sosialisasi sebagai proses alamiah, khususnya dari orangtuanya. Jadi pendidikan formal (sebagai suatu proses intervensi terencana dan terkendali yang kita kenal sehari-hari ini) untuk membentuk wiraswasta, tidak mereka yakini. Mereka ini hanya yakin pada proses alamiah itu. Ada yang lebih ekstrem lagi, misalnya dikatakan bahwa kewiraswastaan adalah khas berasal-usul dari bakat keturunan.

Di Indonesia, pendapat ekstrem ini dianggap tidak ilmiah, kolot dan kadang-kadang dinyatakan sebagi tendensius[6] secara sosial-politis. Kualitas kewiraswastaan bukan suatu in-born quality. Ciri-ciri manusia Indonesia, misalnya masih saja tidak achievement oriented tetapi status oriented, berorientasi pada masa lalu, menggantungkan diri pada nasib, konformis (takut menerobos pakem asing), berorientasi pada atasan, meremehkan mutu dan suka nerabas (tidak teliti dan sistematik), tidak percaya pada diri sendiri, tidak berdisiplin, suka mengabaikan tanggung jawab, munafik, feudal, percaya pada tahyul, berwatak lemah (terutama lemah terhadap uang), tidak hemat (boros), hedonis, kurang ulet, terlalu fleksibel, hidup manja (santai), kurang inovatif, kurang waspada (gampang merasa aman), suka sok kuasa (haus kekuasaan), mencampuradukkan kepentingan pribadi dengan kepentingan umum (formal/informal dicampuradukkan), mengemban sikap hidup miskin.

Sementara itu gambaran mengenai entrepreneurship yang mendapat kesepakatan kurang lebihnya adalah: dimilikinya kualitas manusia, sikap dan tingkah laku unggul. Seorang wiraswasta atau masyarakat yang memiliki entrepreneurship unggul memiliki “tenaga dalam”, seperti kreatif, inovatif, dimilikinya originalitas, berani mengambil risiko, berorientasi ke depan dan mengutamakan prestasi, tahan uji, tekun, tidak gampang patah semangant (tidak cengeng), bersemangant tinggi, berdisiplin baja, dan teguh dalam pendirian. Manusia atau kelompok sosial ini mempunyai cita-cita dan dedikasi yang jelas serta etos kerja produktif yang kuat, kalau perlu dengan cerdik menerobos pakem asing yang masih berlaku. Dengan cirri-ciri semacam ini, dengan sendirinya seorang atau masyarakat wiraswasta tidak saja berkepribadian dan mempunyai karakter kuat, tetapi juga dengan sendirinya memiliki kepintaran bermental unggul dan sehat jasmaninya. (Lihat Sri-Edi Swasono, kebersamaan dan Asas Kekeluargaan: Mutualism and Brtherhood, UNJ-Press, 2005, hlm. 212-243.)

“Kemandirian adalah suatu sikap atau mindset, sikap berdikari menolak ketergantungan nasib-sendiri pada pihak lain, sikap menolak subordinasi, menolak pengemisan. Kemandirian adalah kepahlawanan.

Kemandirian adalah suatu prestasi diri dan kebanggaan untuk mampu memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi dirinya, prestasi-diri menolak ketertundukan atau ketertekuk-lututan. Mandiri adalah tuntutan kesetaraan. Mandiri adalah harga-diri, merubah sikap menghamba (servile) menjadi kedigdayaan.

Ketika mandiri diangkat ke tingkat Bangsa dan Negara, maka kemandirian adalah doktrin nasional, doktrin untuk merdeka dan berdaulat, untuk mengutamakan kepentingan Nasional, yaitu kepentingan Rakyat, Bangsa dan Negara. Kemandirian nasional menolak supremasi dan dominasi mancanegara, tetapi bukan egoisme atau anti-asing. Pada tingkat ini Negara menolak dependensi[7] tetapi mengambil manfaat dari interpendensi global. Untuk itu kita proaktif ikut mendesain wujud dan mekanisme globalisasi. Kemandirian adalah sikap dan perilaku-bebas aktif..”

Kini bangsa kita telah berumur 64 tahun sejak kemerdekaannya, namun di sana-sini masih ditemukan keterpurukan bangsa. Salah satu warisan modernisasi yang terasa masih lekat adalah rendahnya need for achievement bangsa (kebutuhan berprestasi), karena pada umumnya bangsa sudah terbiasa dengan menerima bantuan tanpa berusaha sendiri. Oleh karena itulah, maka perlu mengembangkan need for achievement bangsa, melalui berbagai lini mulai dari lingkungan keluarga, sekolah hingga masyarakat sebagai lingkungan pendidikan dan sosialisasi. (http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/08/18/need-for-achievement-dan-kemandirian-bangsa/)


[1] Mitos orang malas

[2] Sifat berlebihan

[3] Pengembangan sumber daya manusia konversional

[4] Modal manusia

[5] Tingkah laku

[6] Kecenderungan

[7] Ketergantungan

Minggu, Juni 20, 2010

new spirit blogger

yupz, udah lama banget ga ngapdet blog lagi. kini tiba saatnya gw kudu bangun dari kemalasan dan keputusasaan gw selama ini. semangat lagi untuk mengetikan huruf demi huruf di dunia maya melalui fasilitas murah dan mudah seperti blog yang sangat ideal untuk menunjukan diri. okelah kalobegitu, gw siap nge-blog lagi.....!!!

Jumat, Maret 12, 2010

ndak ado

beeuuh....., malehnyo den posting macam iko..!!

Sabtu, Januari 16, 2010

Buka Semangat Baru

hello teman semua
ayo kita sambut, hari baru telah tiba
apa yang kurasakan, ku ingin engkau tahu
dan berbagi bersama

buka kita buka hari yang baru
sebagai semangat langkah ke depan
jadi pribadi baru
buka kita buka jalan yang baru
tebarkan senyum wajah gembira
damai suasana baru
bukalah bukalah semangat baru
bukalah bukalah semangat baru
bukalah bukalah semangat baru

coba diam walau hanya tuk sejenak,
dengarkan kata dari s’gala yang ku ucap,
ku jelang pagi ini nikmati damai di hati,
dalam waktu penuh arti karena aku dicintai,
ku ingat kemarin suasana tak bersemangat,
namun kini ku jalani dan semua rasanya tepat,
bersama kita coba wujudkan harapan,
membuka jalan dalam ‘gapai setiap tujuan.

mentari bersinar selalu
ini yang ku minta penuh semangat tertawa
bersamamu teman semua
karena ini saatnya kita nyanyi bersama

buka kita buka hari yang baru
sebagai semangat langkah ke depan
jadi pribadi baru
buka kita buka jalan yang baru
tebarkan senyum wajah gembira
damai suasana baru

dengarkan hatimu, pastikan pilihanmu
esok mentari kan datang, bawa sejuta harapan
kita jumpa di sana, berbagi bersama
dan kita tahu, pelangi yang satukan kita